Alvino Pradipta A
(Pov)
Mataku
menyesuri mencari sosok seorang gadis bertubuh mungil yang kuculik dari
rumahnya tadi pukul delapan. Gadis
itu menghilang entah kemana setelah aku berpisah dengannya untuk beberapa waktu
lalu. Saat sampai ke sini aku langsung
dikerumuni teman-temanku dan dajak mengobrol membuatku ‘tak sadar bahwa Nath
telah hilang dari sampingku.Aku mulai panik dan mencarinya. Kemana kamu Nath!
“Permisi,
kalian liat sama Keysha nggak?” tanyaku pada segerombol siswi sekelasku.
Semuanya menggeleng menandakan mereka tidak tahu.
Aku
mencari ke gedung perpustakaan, gedung itu dikunci. Wajar saja karena mana
mungkin kami yang mau berpesta akan berkunjung ke perpus untuk membaca kecuali
Nath. Aku mencari ke taman belakang gedung sekolah dan hasilnya nihil! Nath
nggak ada!Aku mulai frustasi.
“Nyariin
siapa Al? kok panik gitu?” tanya Eggie temanku.
“Ah
ya, lo liat Nath nggak? Emh maksud
gue Keysha!” tanyaku.
“Yang
mana ya? Gue nggak tahu orang yang namanya Keysha.”
Aku
menggeram frustasi dan meremas rambutku yang mulai basah oleh keringat karena mencari Nath ke seluruh penjuru
sekolah dan sekarang tidak menemukan hasil! “Keysha Nathania anak kelas sepuluh
mipa satu, juara umum dua ditiga angkatan, dia sering duduk di sini, anaknya
pakek kacamata, dia nguncir rambutnya ke samping terus bawa-bawa novel. Lo
nggak liat? Ayolah Gie!” tanyaku lagi menyebutkan ciri-cirinya. Dia tampak berpikir sejenak.
“Oh
tadi gue liat ada anak yang diajak sama Vero pakek kuncir samping, terus pakek
kacamata, terus bawa novel gitu. Kalo nggak salah sih tadi mereka ke parkiran,”
jawab Eggie setelah tampak berpikir.
“Thanks,”
ujarku langsung berlalu pergi meninggalkan Eggie.
Belum
sempat aku berlari sampai ke parkiran untuk mencari Nath tiba-tiba ada yang
menarik lenganku dan bergelayut manja di lenganku. Aku
menepisnya dan hendak berlari, namun orang yang tidak tahu malu ini menarikku
lagi, “kenapa sih!” teriakku geram menepiskan tangannya.
“Nyari
apa sih Alvin!” geramnya. Itu Veronika!
“Gue
nyari elo!” teriakku mencekal lengannya dengan keras, “di mana Nath! Hah!” lanjutku.
“Gue
nggak tahulah, ngapain sih lo nyariin cewek cupu itu.”
“Nggak
usah ngeles! Dimana Nath, Vero!” geramku dan menatapnya
dengan marah.
“Dia
gue tinggal di lift dept store.
Kenapa?”
“Kalo
terjadi apa-apa sama dia, gue jamin nyawa lo bakal ilang!”
Aku
langsung berlari menuju motorku untuk menuju tempat yang disebutkan Vero. Ya
Tuhan! Itu lift! Nath punya phobia! Kalau sampai ada apa-apa sama Nath! Ya
Tuhan!
Aku
melajukan motorku dengan laju maksimum, yang kupikirkan sekarang hanya Nath! Ya
Tuhan! Lindungilah dia! Teriakku dalam hati ‘tak hentinya berdoa.
***
Author Pov’
Lift
berhenti dengan tiba-tiba. Nath yang sudah hampir mau mati sudah jatuh terduduk
berusaha untuk berteriak. Namun,
tetap tidak ada yang menyadarinya. Semua orang panik dengan keadaan lift yang mati dengan tiba-tiba.
Sementara
itu Alvino yang sudah sampai di dept store langsung berlari menuju lift yang diyakini ada Nath di
dalamnya. Dia melihat orang-orang menjauh dari lift dengan tampang kecewa.
“Kenapa
pak? Ada apa dengan liftnya?” tanya Alvino pada salah seorang bapak yang pergi
dari depan lift yang hendak menuju
tangga escalator.
“Liftnya
macet, ada yang matiin katanya. Kerjaan orang iseng.”
Alvino
langsung berlari menuju lift yang
sebelumnya mengucapkan terima kasih pada bapak yang ia tanyai. Alvino meraih
smartphonenya dan mengetik sejumlah angka, “halo!
Disini ada keadaan darurat, ada yang terjebak di dalam lift, dan orang itu
memiliki penyakit! Cepat kesini,” teriak Alvino dengan gusar pada
smartphonenya.
“Vino?”
panggil seseorang dari balik punggungnya. Itu Ayah!
“Yah,
Vino mohon, buka liftnya sekarang Yah!ada Natha
di dalam Yah!” sembur Alvino pada ayahnya. Ayahnya
langsung menghubungi pihak keamanan dan benar saja beberapa menit kemudian lift terbuka
tampaklah Nath yang sudah pingsan didalamnya. Tidak lama dari itu ada suara
ambulance yang menggema di depan dept store.
Alvino
langsung meraih tubuh Nathania yang sudah bermandikan keringat dan kehilangan
kesadaran. Ayah Alvino
juga ikut panik saat yang ditemukann benar-benar teman Alvino yang tidak
sadarkan diri.
***
Alvino
sekarang duduk di samping Natha yang belum sadarkan diri. Ayahnya memperhatikan dengan seksama
kelakuan anaknya. Ayah Alvino
melihat gadis yang tengah terbaring itu, seperti tidak asing baginya dia
mendekati Alvino.
“Vino,
dia siapa?” tanya ayahnya pada
Alvino
Alvino
mendongak menatap Ayahnya, sangking khawatirnya, Alvino baru menyadari
kehadiran ayahnya yang sedari tadi berada di ruangan ini. Pada waktu yang sama,
jari Natha sedikit bergerak dan mulai sadar. Dan pada saat itu pula pintu
ruangan terbuka dan masuklah wanita paruh baya yang di dampingi suaminya serta
anak laki-lakinya. Keluarga Bagaskara.
Keysha Nathania B
(Pov)
Aku
mencium bau ruangan disekitarku, bau yang sangat aku benci. Bau rumah sakit! Tanganku digenggam oleh seseorang, hangat. Aku membuka mataku yang terasa berat
dengan perlahan. Aku mendapati mama
yang menangis histeris di sampingku. Aku
mengedarkan senyumku pada semua yang berada diruanganku.
“Kamu!
Udah tahu nggak bisa naik lift!
Kenapa masih naik lift Nath! Kamu
lupa sama phobia kamu hah!” ujar mama sesegukan, aku hanya tersenyum miris.
Bukan aku yang mau menaiki lift ma,
ujarku dalam hati.
“Ma,
nggak usah di marahin gitu. Mending
Nath nggak pa-pa, masih aja dimarahin,” ujar Bang Arka menegur. Aku melihat di samping Bang Arka ada Vino
yang ingin berlalu pergi dengan lelaki paruh baya dan papa. Aku baru mau memanggilnya mama sudah
mengalihkan perhatianku dengan menanyaiku beribu pertanyaan kenapa aku bisa
berada di dalam lift.
***
Pagi
ini aku diantar oleh pak Parman lantaran Vino yang biasa menjemputku tidak juga
datang. Aku duduk dibangkuku dengan earphone di
telingaku dan novel di mejaku.
Aku
melirik bangku kosong yang berada disebelahku.Sudah hampir masuk tapi seseorang
itu belum juga kunjung muncul. Aku mendengus sebal, kenapa dia tidak hadir pagi
ini! Aku bangkit berdiri dan berjalan keluar. Aku
berjinjit mencari seseorang itu, seseorang yang selalu tidur saat guru yang
mengajarnya killer, seseorang yang
selalu mengajakku menunggunya bermain basket sampai petang, seseorang yang
selalu menculikku dari rumah, seseorang yang kutahu menyelamatkanku saat di lift semalam. Aku
mengedarkan pandanganku tapi tak kunjung kutemui.
Aku
kembali masuk ke kelas karena bel tanda masuk telah berbunyi. Aku menghempaskan pantatku dengan kasarnya
dibangkuku. Aku menghela nafas kasarku dan melirik
lagi bangku kosong yang ada di sampingku. Dia
kemana?
Sudahkah kau
benar-benar jatuh, wahai yang sedang jatuh cinta? Masih kutunggu engkau di dasar jurangmu
sendiri. Dititik engkau akan berbalik dan benar-benar menjadi pecinta sejati.
Aku
terpekur menatapi satu paragraf dari novel ‘Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh’
itu. Melirik kembali ke bangku kosong itu. Membuatku merasa sepi saat belajar
sekarang. Tidak biasanya aku merasakan sepi karena
dulu aku terbiasa dengan keadaan ini. Dia
kemana?
No comments :
Post a Comment