Tuesday, December 10, 2019

The Black Mirror - Part 2

No comments

Alvino Pradipta A (Pov)
Mataku menyesuri mencari sosok seorang gadis bertubuh mungil yang kuculik dari rumahnya tadi pukul delapan. Gadis itu menghilang entah kemana setelah aku berpisah dengannya untuk beberapa waktu lalu. Saat sampai ke sini aku langsung dikerumuni teman-temanku dan dajak mengobrol membuatku ‘tak sadar bahwa Nath telah hilang dari sampingku.Aku mulai panik dan mencarinya. Kemana kamu Nath!
“Permisi, kalian liat sama Keysha nggak?” tanyaku pada segerombol siswi sekelasku. Semuanya menggeleng menandakan mereka tidak tahu.
Aku mencari ke gedung perpustakaan, gedung itu dikunci. Wajar saja karena mana mungkin kami yang mau berpesta akan berkunjung ke perpus untuk membaca kecuali Nath. Aku mencari ke taman belakang gedung sekolah dan hasilnya nihil! Nath nggak ada!Aku mulai frustasi.
“Nyariin siapa Al? kok panik gitu?” tanya Eggie temanku.
“Ah ya, lo liat Nath nggak? Emh maksud gue Keysha!” tanyaku.
“Yang mana ya? Gue nggak tahu orang yang namanya Keysha.”
Aku menggeram frustasi dan meremas rambutku yang mulai basah oleh keringat karena mencari Nath ke seluruh penjuru sekolah dan sekarang tidak menemukan hasil! “Keysha Nathania anak kelas sepuluh mipa satu, juara umum dua ditiga angkatan, dia sering duduk di sini, anaknya pakek kacamata, dia nguncir rambutnya ke samping terus bawa-bawa novel. Lo nggak liat? Ayolah Gie!” tanyaku lagi menyebutkan ciri-cirinya. Dia tampak berpikir sejenak.
“Oh tadi gue liat ada anak yang diajak sama Vero pakek kuncir samping, terus pakek kacamata, terus bawa novel gitu. Kalo nggak salah sih tadi mereka ke parkiran,” jawab Eggie setelah tampak berpikir.
“Thanks,” ujarku langsung berlalu pergi meninggalkan Eggie.
Belum sempat aku berlari sampai ke parkiran untuk mencari Nath tiba-tiba ada yang menarik lenganku dan bergelayut manja di lenganku. Aku menepisnya dan hendak berlari, namun orang yang tidak tahu malu ini menarikku lagi, “kenapa sih!” teriakku geram menepiskan tangannya.
“Nyari apa sih Alvin!” geramnya. Itu Veronika!
“Gue nyari elo!” teriakku mencekal lengannya dengan keras, “di mana Nath! Hah!” lanjutku.
“Gue nggak tahulah, ngapain sih lo nyariin cewek cupu itu.”
“Nggak usah ngeles! Dimana Nath, Vero!” geramku dan menatapnya dengan marah.
“Dia gue tinggal di lift dept store. Kenapa?”
“Kalo terjadi apa-apa sama dia, gue jamin nyawa lo bakal ilang!”
Aku langsung berlari menuju motorku untuk menuju tempat yang disebutkan Vero. Ya Tuhan! Itu lift! Nath punya phobia! Kalau sampai ada apa-apa sama Nath! Ya Tuhan!
Aku melajukan motorku dengan laju maksimum, yang kupikirkan sekarang hanya Nath! Ya Tuhan! Lindungilah dia! Teriakku dalam hati ‘tak hentinya berdoa.
***
Author Pov’
Lift berhenti dengan tiba-tiba. Nath yang sudah hampir mau mati sudah jatuh terduduk berusaha untuk berteriak. Namun, tetap tidak ada yang menyadarinya. Semua orang panik dengan keadaan lift yang mati dengan tiba-tiba.
Sementara itu Alvino yang sudah sampai di dept store langsung berlari menuju lift yang diyakini ada Nath di dalamnya. Dia melihat orang-orang menjauh dari lift dengan tampang kecewa.
“Kenapa pak? Ada apa dengan liftnya?” tanya Alvino pada salah seorang bapak yang pergi dari depan lift yang hendak menuju tangga escalator.
“Liftnya macet, ada yang matiin katanya. Kerjaan orang iseng.
Alvino langsung berlari menuju lift yang sebelumnya mengucapkan terima kasih pada bapak yang ia tanyai. Alvino meraih smartphonenya dan mengetik sejumlah angka, “halo! Disini ada keadaan darurat, ada yang terjebak di dalam lift, dan orang itu memiliki penyakit! Cepat kesini,” teriak Alvino dengan gusar pada smartphonenya.
“Vino?” panggil seseorang dari balik punggungnya. Itu Ayah!
“Yah, Vino mohon, buka liftnya sekarang Yah!ada Natha di dalam Yah!” sembur Alvino pada ayahnya. Ayahnya langsung menghubungi pihak keamanan dan benar saja beberapa menit kemudian lift terbuka tampaklah Nath yang sudah pingsan didalamnya. Tidak lama dari itu ada suara ambulance yang menggema di depan dept store.
Alvino langsung meraih tubuh Nathania yang sudah bermandikan keringat dan kehilangan kesadaran. Ayah Alvino juga ikut panik saat yang ditemukann benar-benar teman Alvino yang tidak sadarkan diri.
***
Alvino sekarang duduk di samping Natha yang belum sadarkan diri. Ayahnya memperhatikan dengan seksama kelakuan anaknya. Ayah Alvino melihat gadis yang tengah terbaring itu, seperti tidak asing baginya dia mendekati Alvino.
“Vino, dia siapa?” tanya ayahnya pada Alvino
Alvino mendongak menatap Ayahnya, sangking khawatirnya, Alvino baru menyadari kehadiran ayahnya yang sedari tadi berada di ruangan ini. Pada waktu yang sama, jari Natha sedikit bergerak dan mulai sadar. Dan pada saat itu pula pintu ruangan terbuka dan masuklah wanita paruh baya yang di dampingi suaminya serta anak laki-lakinya. Keluarga Bagaskara.
Keysha Nathania B (Pov)
Aku mencium bau ruangan disekitarku, bau yang sangat aku benci. Bau rumah sakit! Tanganku digenggam oleh seseorang, hangat. Aku membuka mataku yang terasa berat dengan perlahan. Aku mendapati mama yang menangis histeris di sampingku. Aku mengedarkan senyumku pada semua yang berada diruanganku.
“Kamu! Udah tahu nggak bisa naik lift! Kenapa masih naik lift Nath! Kamu lupa sama phobia kamu hah!” ujar mama sesegukan, aku hanya tersenyum miris. Bukan aku yang mau menaiki lift ma, ujarku dalam hati.
“Ma, nggak usah di marahin gitu. Mending Nath nggak pa-pa, masih aja dimarahin,” ujar Bang Arka menegur. Aku melihat di samping Bang Arka ada Vino yang ingin berlalu pergi dengan lelaki paruh baya dan papa. Aku baru mau memanggilnya mama sudah mengalihkan perhatianku dengan menanyaiku beribu pertanyaan kenapa aku bisa berada di dalam lift.
***
Pagi ini aku diantar oleh pak Parman lantaran Vino yang biasa menjemputku tidak juga datang. Aku duduk dibangkuku dengan earphone di telingaku dan novel di mejaku.
Aku melirik bangku kosong yang berada disebelahku.Sudah hampir masuk tapi seseorang itu belum juga kunjung muncul. Aku mendengus sebal, kenapa dia tidak hadir pagi ini! Aku bangkit berdiri dan berjalan keluar. Aku berjinjit mencari seseorang itu, seseorang yang selalu tidur saat guru yang mengajarnya killer, seseorang yang selalu mengajakku menunggunya bermain basket sampai petang, seseorang yang selalu menculikku dari rumah, seseorang yang kutahu menyelamatkanku saat di lift semalam. Aku mengedarkan pandanganku tapi tak kunjung kutemui.
Aku kembali masuk ke kelas karena bel tanda masuk telah berbunyi. Aku menghempaskan pantatku dengan kasarnya dibangkuku. Aku menghela nafas kasarku dan melirik lagi bangku kosong yang ada di sampingku. Dia kemana?
Sudahkah kau benar-benar jatuh, wahai yang sedang jatuh cinta? Masih kutunggu engkau di dasar jurangmu sendiri. Dititik engkau akan berbalik dan benar-benar menjadi pecinta sejati.
Aku terpekur menatapi satu paragraf dari novel ‘Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh’ itu. Melirik kembali ke bangku kosong itu. Membuatku merasa sepi saat belajar sekarang. Tidak biasanya aku merasakan sepi karena dulu aku terbiasa dengan keadaan ini. Dia kemana?

No comments :

Post a Comment