Sunday, March 10, 2019

Coretan untuk Sang Pahlawan Terkasih

No comments
        Hay bapak yang ku kagumi...
        Mungkin aku tidak lah seperti putri yang lain yang mengagumimu sedari kecil. Aku mengagumimu saat telah mengerti betapa kuatnya pundakmu untuk kami putra dan putrimu. Ini adalah coretan pertamaku mengenai sosokmu. Sosok yang selalu terlihat baik-baik saja, sosok yang selalu terlihat sangar, dan tegas. Bahkan tak tersentuh, termasuk tak tersentuh oleh putri kecilmu ini. Maaf kan putri kecilmu ini yang masih belum mengerti cara membanggakanmu, putri kecilmu tidak sebaik putri kecil orang lain di luar sana yang selalu lebih unggul dari putri kecilmu. Putri kecilmu hanya mengerti caranya bermanja, meminta segala sesuatu hal yang diinginkan, dan berusaha walaupun tidak seberapa dibanding putri kecil orang lain.
        Bapak, maafkan putri kecilmu untuk kesekian kalinya yang telah mengecewakanmu, untuk kesekian kalinya putri kecilmu ini tidak dapat dibanggakan lagi, mungkin malah membuatmu malu karena ulahku. Pa, sekecil apapun hasilku kelak, apapun itu, aku telah berusaha sebisaku dan semampuku. Aku mungkin hanya putri kecil yang egois yang mengharapkan bapak berkata "tidak apa-apa, kau telah berusaha" lalu merengkuhku dengan sebuah pelukan kecil. Tidak apa, harapan kecil yang tidak terealisasikan tetap bisa terbayangkan bukan? begitu saja telah membuatku sedikit lega.
        Bapak, orang yang paling paling inginku ukir senyumannya, namun selalu gagal. Aku, putri kecilmu selalu egois memikirkan banyak hal karena aku belum cukup dewasa. Putri kecil ayah selalu saja bertindak semaunya dan tidak pernah dewasa. Maafkan aku, dunia dewasa cukup kejam untuk aku pelajari secepatnya. Aku terlalu lemah sebagai putri bapak yang kuat. Maafkan aku.
        Pa, maafkan tubuhku yang lemah akan banyak penyakit. Sedari kecil selalu membuat bapak khawatir. Entah memiliki penyakit ini, penyakit itu, dan selalu tidak menjaga kesehatan. Maafkan aku yang egois yang selalu semena-mena dengan tubuh sendiri dan selalu berakhir dengan membuat bapak khawatir. Maafkan putri kecilmu yang telah banyak memupuk toxic dalam tubuh yang selalu bapak jaga. Putri kecilmu terlalu rentan, maafkan itu untuk kesekian kalinya.
        Pa. apapun keadaannya. Aku putri kecilmu selalu menyayangimu, walaupun tak bisa ku realisasikan dengan sebuah kebanggaan atau sebuah kebahagiaan. Dibalik itu semua, aku selalu berusaha untuk membuat secercah kebanggaan atau secercah kebahagiaan yang mampu melukis sebuah senyum di wajah tegasmu.

No comments :

Post a Comment